Sunday 10 March 2013

HIV hanya bisa menular jika ...

http://www.odhaberhaksehat.org/2012/hiv-hanya-bisa-menular-jika-baca-artikel-ini/

logosid


Baru saja browsing dan baca-baca eh ketemu dengan artikel soal beberapa mitos penularan HIV yang beredar di masyarakat. Hal yang cukup miris ya sebab HIV itu tidak semudah yang dibayangkan orang untuk bisa menular. HIV menular melalui jabat tangan, berenang, jarum bioskop, gigitan nyamuk seperti yang selalu ini kita takutkan?? ini Hoax!
Dalam penularan infeksi HIV dikenal ada istilah yang disebut dengan ESSE yaitu prinsip dimana dimungkinkan untuk terjadi penularan HIV dari satu manusia ke manusia lainnya.
ESSE ini adalah kepanjangan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter. Dalam bahasa indonesia bisa diartikan: Jalan keluar virus, Virus yang hidup, Kandungan VIrus yang cukup untuk menginkubasi serta adanya jalur masuk virus ke tubuh seseorang. HIV hanya bisa menular jika empat prinsip ini dipenuhi semua dan tidak bisa menular jika hanya salah satu atau sebagian prinsip terpenuhi.
E= Exit ini maksudnya ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV yang ada dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Hal semacam ini misalnya jika terjadi luka atau keluarnya cairan tubuh yang mengandung HIV seperti ketika seseorang melakukan hubungan seksual. Bagi penularan melalui jarum suntik bisa diartikan karena ada darah yang tersisa di dalam jarum bekas dan kemudian masuk kedalam tubuh seseorang.
S= Survive ini maksudnya dari cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung virus yang tetap bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia) dia tidak akan bertahan hidup lama. Ini misalnya ketika cairan tubuh keluar di saat berenang atau berada dalam udara bebas lainnya. Prinsip Survive ini juga tidak terpenuhi bila diberitakan HIV dimasukkan dalam minuman soda atau makanan sebab asam lambung yang pekat akan membuat HIV ini tidak bertahan hidup.
S= Sufficient ini maksudnya kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar dari orang yang terifeksi HIV harus ada dalam kandungan yang cukup. Jika jumlahnya sedikit, HIV tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Ini mengapa cairan keringan dan saliva (ludah) tidak bisa menularkan HIV.
Enter= Adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom serta pelicin kemudian penting sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi kontak hubungan seksual.

Wednesday 6 March 2013

Baby with HIV is Cured, Doctors say

http://www.livescience.com/27604-baby-hiv-cured.html
Marc Lallanilla


In a dramatic medical breakthrough, a baby born HIV-positive in 2010 now shows no signs of HIV infection.

Though medical experts caution that this single case does not represent a cure for all cases of HIV infection, the child’s aggressive antiretroviral treatment may become a new standard of care for children born to HIV-positive mothers.



"Our next step is to find out if this is a highly unusual response to very early antiretroviral therapy or something we can actually replicate in other high-risk newborns," said Dr. Deborah Persaud, Johns Hopkins Children's Center virologist, in a news release.

The mother gave birth prematurely in a rural hospital in Mississippi, according to the New York Times. She was not aware that she was HIV-positive. Worldwide, about 330,000 babies are born HIV-positive, though proper prenatal treatment can prevent about 99 percent of mother-to-child HIV infections, according to the Centers for Disease Control and Prevention.

The child — whose name and gender have not been released — was transferred to University of Mississippi Medical Center a few hours after birth, where Dr. Hannah B. Gay started the infant on a robust antiretroviral regimen instead of the usual low-dose prophylactic medicines, according to the Times.

Investigators believe the prompt administration of antiretroviral treatment may have halted the formation of hard-to-treat viral reservoirs — dormant cells that can "reignite" an HIV infection in patients if they stop therapy.

"Prompt antiviral therapy in newborns that begins within days of exposure may help infants clear the virus and achieve long-term remission without lifelong treatment by preventing such viral hideouts from forming in the first place," Persaud said.

The child is now 2.5 years old and has no sign of HIV-infection, even after repeated testing. This is particularly remarkable since the mother stopped bringing the child to the doctor for treatment after 18 months, and did not return for 10 months.

Only one other verifiable case of an HIV cure has been reported before, in a middle-aged man with leukemia and HIV who received a bone-marrow transplant to treat his leukemia. The bone marrow cells came from a donor with a rare genetic mutation that renders some people resistant to HIV.

Persaud presented her report at the 20th Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections in Atlanta yesterday (March 3).

Contact Marc Lallanilla at mlallanilla@techmedianetwork.com. Follow him on Twitter@MarcLallanilla. Follow LiveScience on Twitter @livescience. We're also on Facebook& Google+.




Friday 1 March 2013

Memulai pengobatan HIV mengurangi risiko kematian dari semua sebab; manfaat tambahan untuk pengobatan dini

http://www.spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=1837
Oleh: Michael Carter, aidsmap.com


Orang dengan HIV yang menerima pengobatan antiretroviral (ARV) mengurangi risiko kematian sebesar 50%, sebuah tim peneliti internasional melaporkan dalam AIDS edisi Januari 2010.

Penurunan risiko kematian terlihat substansial terutama di antara mereka yang mulai memakai pengobatan HIV saat jumlah CD4 mereka berada di bawah 100.

Studi juga menunjukkan nilai dari memulai pengobatan HIV pada jumlah CD4 yang lebih tinggi. Pasien dengan jumlah CD4 100 atau kurang ketika mereka mulai ARV, secara bermakna lebih mungkin meninggal dalam lima tahun dibandingkan dengan mereka yang memulai ARV ketika jumlah CD4 500 atau lebih.

LATAR BELAKANG:

Pengenalan kombinasi pengobatan ARV yang efektif pada tahun 1996 mengubah harapan orang dengan HIV. Sekarang ada sekumpulan besar literatur penelitian menunjukkan bahwa terapi dengan ARV menurunkan viral load, meningkatkan jumlah CD4 dan meluaskan ketahanan fase bebas AIDS.

Namun, penyakit tidak terkait HIV semakin menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada pasien dengan HIV. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak pengobatan HIV pada kelangsungan hidup secara keseluruhan di antara orang yang hidup dengan HIV.

Penelitian sebelumnya yang berusaha untuk meneliti masalah dibatasi oleh sejumlah faktor.

Penting, mereka sering tidak memiliki jumlah pasien naif ARV yang cukup untuk menentukan efek memulai pengobatan HIV pada semua penyebab kematian secara akurat. Selain itu, penelitian sebelumnya sering tidak memperhitungkan kemungkinan faktor-faktor pembaur seperti jumlah CD4 dan viral load dan kelompok penularan HIV.

Oleh karena itu, peneliti dari HIV-CASUAL Collaboration berharap untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dari inisiasi pengobatan HIV pada keseluruhan risiko mortalitas bagi orang dengan HIV.

Mereka mempelajari catatan dari 62.760 pasien yang terdaftar di 12 penelitian kohort yang berbeda di Eropa dan Amerika Serikat antara tahun 1996 dan 1998. Tak satu pun dari pasien telah menggunakan ARV sebelum mereka dimasukkan ke dalam studi ini.

Para peneliti membandingkan risiko kematian pasien yang memulai pengobatan dengan mereka yang tidak. Kecenderungan angka kematian juga dimonitor selama lima tahun berdasarkan apakah obat ARV telah dipakai. Pengaruh jumlah CD4 awal dan faktor-faktor termasuk kelompok penularan HIV juga diperhitungkan.

HASIL:
Pengobatan HIV dimulai oleh 26% pasien dalam tiga bulan memasuki studi kohort dan sebesar 55% pada akhir tindak lanjut (2003-2007).
Durasi rata-rata tindak lanjut adalah 3,3 tahun.

Sebanyak 2.039 pasien meninggal, menyediakan secara keseluruhan angka kematian 10 per 1.000 orang-tahun.

Secara keseluruhan, risiko kematian dari sebab apapun berkurang hingga 52% untuk pasien yang memulaiART.

ARV terutama bermanfaat bagi pasien dengan sistem kekebalan sangat rendah, risiko kematian dikurangi oleh 71% bagi mereka yang memulai ARV ketika jumlah CD4 di bawah 100.

Manfaat juga terlihat bagi individu-individu dengan jumlah CD4 yang dianggap “normal”. Mereka yang mulai pengobatan HIV ketika jumlah CD4 500 atau lebih memiliki penurunan risiko kematian akibat sebab apapun sebesar 23% dibandingkan dengan jumlah CD4 yang serupa yang tidak menggunakan ARV.

Selanjutnya, para peneliti menghitung kemungkinan ketahanan hidup selama lima tahun untuk pasien yang memulai ARV dan mereka yang tidak.

Probabilitas ketahanan hidup secara keseluruhan adalah 96% bagi mereka yang menggunakan ARV dibandingkan 92% dibandingkan mereka yang tidak menggunakan ARV.

Sekali lagi, hasil ini bervariasi menurut jumlah CD4, dengan keuntungan terbesar bagi mereka dengansistem kekebalan tubuh lemah.

Probabilitas ketahanan hidup selama lima tahun bagi mereka yang memulai ARV ketika jumlah CD4 100 atau lebih rendah adalah 89% dibandingkan 43% bagi merek dengan jumlah CD4 yang sama yang tidak memulai ARV.

Memulai pengobatan HIV juga meningkatkan probabilitas kelangsungan hidup pada orang dengan jumlah CD4 yang lebih tinggi. Pasien yang memulai terapi ketika jumlah CD4 antara 200-350 memiliki kecenderungan 6% lebih tinggi untuk bertahan hidup daripada yang tidak memulai ARV (97% vs 91%).

Sedikit manfaat kelangsungan hidup itu juga terlihat antara pasien yang mulai memakai obat antiretroviral ketika jumlah CD4 di atas 350 (97% vs 94%).

Kelompok risiko HIV juga mempengaruhi kemungkinan untuk bertahan hidup bahkan ketika ARV dipakai. Orang dengan HIV yang berasal dari kelompok risiko heteroseksual, atau melalui hubungan seks dengan pria lain memiliki kemungkinan ketahanan hidup yang lebih lama dari lima tahun setelah memakai ARV dibandingkan mereka yang tertular HIV melalui penggunaan narkoba suntik (97% vs 97% vs 83%).

“Kami memperkirakan bahwa terapi antiretroviral telah menurunkan angka kematian orang dengan HIV sampai separuh di negara-negara maju, dan bahwa penurunan angka kematian lebih tinggi pada mereka yang memiliki prognosis lebih buruk pada awal tindak lanjut”, tulis para peneliti.
Namun, mereka menekankan bahwa temuan tidak berdebat atas keterlambatan dalam memulai pengobatan HIV.

Memang mereka menyimpulkan bahwa risiko kematian lima tahun pada orang dengan CD4 kurang dari 100 pada awal (11%) adalah hampir empat kali lebih besar dibandingkan dengan orang dengan CD4 lebih dari 500 (3%). “


Sumber: The HIV-CASUAL Collaboration. The effect of combined antiretroviral therapy overall mortality in HIV-infected individuals. AIDS 24: 123-37, 2010.