Friday 20 July 2012

Kenapa 324 Ibu di DKI Terjangkit HIV/AIDS

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/336822-kenapa-324-ibu-di-dki-terjangkit-hiv-aids-
Kamis, 19 Juli 2012, 10:14
Desy Afrianti, Dwifantya Aquina



Padahal ibu rumah tangga bukan merupakan fokus utama pengawasan.


Kampanye Hari HIV/AIDS

VIVAnews - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DKI Jakarta mencatat sebanyak 324 ibu rumah tangga di Jakarta terinfeksi HIV/AIDS. Fakta ini sangat mengejutkan, karena ibu rumah tangga bukan merupakan fokus utama pengawasan yang dilakukan KPA DKI Jakarta.

Sekretaris KPA DKI Jakarta, Rohana Manggala mengaku terkejut dengan data yang dikumpulkannya. Dia prihatin, karena ibu rumah tangga yang terinfeksi ini biasanya tertular dari suami yang melakukan hubungan seks dengan wanita lain.

"Kami kaget dengan data yang diperoleh, karena justru ibu rumah tangga angka cukup tinggi," kata Rohana, Kamis, 19 Juli 2012.

Para ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Terlebih, mereka tidak diperkenankan hamil di luar rencana, karena dikhawatirkan janinnya juga akan tertular.

"Mereka diperbolehkan hamil tetapi harus sesuai dengan rencana. Selain itu mereka juga harus mendapatkan dukungan psikologis saat hamil," jelasnya.

Selain itu, ia mengimbau kepada para suami agar menjaga kesetiaan kepada pasangannya. Agar kasus HIV/AIDS ibu rumah tangga bisa menurun.

"Untuk kelompok-kelompok pengguna wanita pekerja seksual sulit untuk ditemui. Sehingga untuk pencegahannya juga agak susah, harus ada kesetiaan dari para suami," ujarnya.

Program officer Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, Santi Sardy, menyarankan para suami harus diintervensi terkait dengan banyaknya ibu rumah tangga yang terkena HIV/AIDS.
Di Indonesia terdapat 3,1 juta lelaki yang membeli seks, 70 persen di antaranya telah berkeluarga. "Tapi memang di Jakarta yang tertinggi ibu rumah tangga yang terkena," katanya.

Pada akhir 2011, ibu rumah tangga di Jakarta yang terinveksi HIV/AIDS tercatat sebanyak 345 orang, angka tersebut meningkat 55 persen dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, menurut pekerjaan selama 2011 terdapat 2.605 penderita HIV/Aids. Urutan pertama ditempati oleh karyawan yakni sebanyak 680 orang, kemudian disusul ibu rumah tangga yang mencapai 345 orang, wiraswasta 297 orang, buruh 139 orang, narapidana 84 orang, mahasiswa dan siswa 59 orang, TNI/Polri 40 orang, PNS 37 orang, dan supir 29 orang.
(umi)

AIDS Bunuh 5 Pelajar Penjaja Seks di Cianjur

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/337348-aids-bunuh-5-pelajar-penjaja-seks-di-cianjur
Jum'at, 20 Juli 2012, 17:25
Arfi Bambani Amri, Permadi (Sukabumi)



Komisi Penanggulangan AIDS saat ini tangani pelajar idap AIDS hamil


Pekerja Seks Komersial (PSK) Gang Dolly Surabaya

VIVAnews - Jumlah wanita penjaja seksual (WPS) yang berstatus pelajar meningkat setiap tahunnya di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan data yang dimiliki Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Cianjur, hingga saat ini jumlah WPS yang tercatat secara akumulatif sebanyak 1.048  orang, terdiri atas 621 orang WPS langsung dan 427 orang WPS tidak langsung (pelajar), dengan jumlah pelanggan diperkirakan mencapai 16 ribu orang.

“Dari keseluruhan jumlah WPS tersebut, jumlah WPS yang masih berstatus pelajar menunjukkan peningkatan jumlah yang signifikan lebih dari 15 persen dibanding tahun lalu. Bahkan dalam kurun satu dua tahun ke depan jumlahnya bisa seimbang dengan WPS umum bila tidak mendapat perhatian khusus,” kata Ketua Kelompok Kerja KPA Cianjur, Dede Rahmat, kepada VIVAnews, Jumat 20 Juli 2012.

Dede menjelaskan, pelajar merupakan fenomena sosial akibat pemahaman agama yang kurang serta minimnya pengawasan keluarga, juga lebih disebabkan perubahan pola hidup yang semakin konsumtif, namun tanpa ditunjang dengan kondisi atau keadaan ekonomi. “Dari berbagai kasus, kami banyak menemukan alasan mereka (pelajar --red) yang terjun menjadi WPS semata karena desakan ekonomi dan gaya hidup konsumtif,” katanya.

Selain itu, rendahnya pemahaman pelajar terhadap masalah HIV/AIDS mendorong tren WPS pelajar menjadi kian bertambah. “Pasar pun tentunya turut mendongkrak tren ini. Dalam artian, para pelanggan jasa WPS lebih tertarik menggunakan jasa WPS pelajar daripada yang biasa, alasannya tentu saja klasik, tahu sendirilah,” katanya.

Rendahnya pemahaman tentang HIV/AIDS dikalangan pelajar, menurutnya semata karena minimnya kegiatan sosialisasi serta tingkat kepedulian dinas terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur yang juga cenderung rendah. Deden belum pernah melihat ada upaya sosialiasi HIV/AIDS secara khusus yang datang langsung dari dinas terkait.

“Selalu harus dari kami, sementara angaran kami sendiri sangat-sangat minim dan terbatas. Karenanya, dari target pemahaman pelajar terhadap HIV/AIDS sebesar 30 persen, hingga saat ini baru tercapai 19 persen,” katanya.

Dengan bertambahnya jumlah WPS pelajar tersebut, terang Dede, tentu akan memicu penambahan jumlah penderita HIV/AIDS dari kalangan WPS pelajar itu sendiri. Dari data yang ada, jumlah penderita HIV/AIDS tercapat 281 orang dengan persentase dari kalangan WPS sebesar 26 persen.

“Jadi, besar kemungkinan WPS pelajar pun banyak yang terjangkiti HIV/AIDS. Hingga saat ini, sudah lima WPS pelajar yang meninggal dunia. Saat ini saja kita sedang menangani seorang WPS yang masih duduk di SMP yang terjangkit HIV dan tengah mengandung,” katanya.

Thursday 19 July 2012

Ibu Rumah Tangga Indonesia yang Kena HIV Naik 150 Persen


http://www.aidsindonesia.or.id/ibu-rumah-tangga-indonesia-yang-kena-hiv-naik-150-persen.html





Jakarta, Selama ini fokus untuk menanggulangi dan mengurangi kasus HIV-AIDS banyak dilakukan pada pekerja seks komersil (PSK) dan pengguna narkoba suntik. Namun di luar dugaan, kasus HIV baru justru meningkat tajam pada ibu rumah tangga.

“Kasus HIV berdasarkan profesi tingkat teratas kenaikannya adalah ibu rumah tangga. Di luar dugaan yang menjadi fokus kita justru menempati tingkat teratas. Untuk Indonesia, kasusnya meningkat 150 persen, Jakarta penyumbang terbesar yaitu naik 55 persen,” ujar Dra Rohana Manggala M.Si, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, dalam acara diskusi media dengan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta, di Kafe Pisa, Jakarta, Rabu (18/7/2012).

Yang memprihatinkan, dengan banyaknya ibu rumah tangga yang mengidap HIV, maka kemungkinan akan semakin banyak bayi yang terlahir dengan HIV, karena kebanyakan ibu rumah tangga tidak sadar bahwa virus tersebut ada di tubuhnya.

Terlebih lagi, HIV tidak hanya menjadi masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial. Perempuan, baik yang menjadi pekerja seksual maupun hanya seorang ibu rumah tangga, tidak memiliki nilai tawar saat berhubungan seks, sehingga kasus HIV pada perempuan pun semakin meningkat.

“Kita kaget karena selama ini yang kita selamatkan wanita-wanita yang ada di lokasi kunci, seperti wanita pekerja seks (WPS). Tapi kita lupa dengan ibu rumah tangga. Kenapa bisa naik? Karena suaminya yang membawa. Sayangnya, ibu rumah tangga tidak ada lokasi kuncinya, tidak ada himpunannya sehingga sulit untuk ditangani. Kasus di WPS semakin menurun justru ibu rumah tangga naik,” jelas Santi Sardhy, Penggiat HIV dan AIDS Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Data Kementerian Kesehatan tahun 2010 mencatat hampir 3,2 juta laki-laki di Indonesia suka ‘jajan’ dan lebih dari 50 persen diantaranya adalah pria menikah. Artinya, ini membuat ada sekitar 1,9 juta ibu rumah tangga yang terancam tertular HIV-AIDS.

Kerentanan perempuan terhadap HIV-AIDS lebih banyak disebabkan karena ketimpangan gender yang berdampak pada ketidakmampuan perempuan mengontrol perilaku seksual dari suami, serta kurangnya akses terhadap pelayanan pengobatan HIV-AIDS.
(mer/ir)