Monday 30 May 2011

Kasus HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga Terus Meningkat

http://health.kompas.com/index.php/read/2011/05/31/06031498/Kasus.HIVAIDS.pada.Ibu.Rumah.Tangga.Terus.Meningkat
Lusia Kus Anna | Selasa, 31 Mei 2011 | 06:03 WIB



Merauke, Kompas - Pengidap HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga di Merauke, Provinsi Papua, terus meningkat. Bulan Januari hingga April 2011, dari 33 kasus baru pengidap HIV/AIDS, 10 di antaranya ibu rumah tangga.
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Merauke Henny Astuti Suparman, Senin (30/5), menuturkan bahwa risiko tertinggi tertular kini tidak lagi pada kelompok pekerja seks, tetapi beralih ke kelompok ibu rumah tangga. ”Sumber penularan dari hubungan seksual,” kata Henny di Merauke.
Berdasarkan data KPA Merauke, jumlah pengidap HIV/AIDS di Merauke hingga bulan Maret 2011 ada 1.283 orang. Dari jumlah tersebut, 630 laki-laki dan 607 perempuan. Sisanya tidak diketahui.
Dari jumlah tersebut, 196 orang adalah pekerja seks, 168 petani, dan 165 (12,86 persen) ibu rumah tangga. Jumlah ibu rumah tangga pengidap HIV/AIDS meningkat dibandingkan dengan data bulan Desember 2010 sebanyak 158 orang (12,57 persen).
”Bulan April 2011, kami temukan lagi tiga ibu rumah tangga positif HIV/AIDS,” kata Henny.
Menurut dia, 3 dari 10 ibu rumah tangga pengidap HIV/AIDS tahun 2011 sedang hamil. Diduga mereka tertular dari suami. ”Setelah diperiksa, ternyata suaminya positif. Namun ada juga suami tak mau dites,” katanya.
Ironisnya, ada ibu hamil yang positif HIV/AIDS tak mau mendapat pengobatan antiretroviral (ARV). ”Dia merasa sehat dan baik-baik saja sehingga merasa tidak butuh ARV ataupun pendampingan,” kata Henny.
Di Kabupaten Asmat, penyebaran HIV/AIDS juga cepat. Pada tahun 2006 tercatat satu orang terinfeksi. Sementara tahun 2010 ditemukan ada 41 orang yang terinfeksi. (RWN)

Saturday 21 May 2011

HIV/AIDS Infections Jump Sharply in Papua

http://www.aidsindonesia.or.id/hivaids-infections-jump-sharply-in-papua-the-jakarta-globe.html
The Jakarta Globe


Jayapura. The number of people living with HIV/AIDS in Papua and West Papua has jumped by more than 30 percent to over 17,000 in just four months, an official said on Thursday.

Kostan Karma, head of the Papua AIDS Prevention Commission (KPA), said the spike in infections was very worrying, and blamed it on the prevalence of unprotected sex. 

He said the latest data from the provincial health office showed there were 7,098 people with the virus in Papua in December, and 10,000 in West Papua. “But back in August 2010, there were only 5,000 in Papua and 8,000 in West Papua,” he said.

“ The KPA is trying hard to campaign about HIV/AIDS prevention, but we just can’t seem to keep the numbers down.”

Kostan said that of the 38 towns and districts in the two provinces, Mimika in Papua, home to the world’s biggest copper and gold mine, had shown the highest increase and overall number of infections. However, he did not give any figures.

The KPA also blamed the proliferation of new districts over the past 10 years as a factor for the spread of the virus.

“What’s happened is that there’s been more money spreading around, which encourages people to break with the traditional way of life and adopt a more modern lifestyle, including sexual promiscuity,” Kostan said.

“What we’re trying to do is get churches to spread the message to get people to stop having casual sex, or if they must, to at least use a condom.”

He said that if the number of people living with the virus rose to 1 percent of the population of both provinces — which the 2010 census put at 2.8 million — the KPA would begin imposing mandatory testing for all new mothers in the region.

He said the measure would at least help identify the number of infected newborns, so they could get early treatment.

Thursday 12 May 2011

Inilah 'Obat Super' Penakluk HIV & Malaria

Headline

http://teknologi.inilah.com/read/detail/1503892/inilah-obat-super-penakluk-hiv-malaria

Oleh: Billy A Banggawan
Teknologi - Kamis, 12 Mei 2011 | 09:47 WIB

INILAH.COM, Jakarta – Virus penyebab AIDS, HIV, membunuh dua juta manusia tiap tahun di dunia. Parasit yang disebarkan nyamuk, malaria, menginfeksi 225 juta manusia dan membunuh 781 ribu tiap tahun.
Penyakit-penyakit ini menyerang manusia sejak pertama kali menyebar ke manusia dari monyet 40 tahun lalu. Di kemudian hari, penyakit-penyakit ini menjadi musuh bebuyutan manusia dan tubuh manusia telah berevolusi untuk memeranginya.
Kedua pembunuh ini, baru dan lama, sebenarnya memiliki molekul yang sama. Karena hal ini, satu ‘obat super’ akan bisa melawan penyakit-penyakit tersebut. Obat itu adalah, HIV Protease Inhibitor (HIV PI). Obat ini dirancang khusus ilmuwan untuk mengobati HIV dengan mencegah virus mematikan itu membangun proteinnya dengan benar.
“HIV PI saat ini sedang digunakan secara klinis dan merupakan obat HIV terkemuka,” kata Kepala Laboratorium Parasitologi Kedokteran Photini Sinnis di Langone NYU Medical Center. Obat ini telah mengubah wajah pengobatan HIV beberapa tahun terakhir. Orang yang mengonsumsi obat ini tak lagi mati karena AIDS.
Protease merupakan enzim-enzim yang bisa memotong protein menjadi bentuk yang benar, hal ini memungkinkannya menjadi aktif. HIV PI menghentikan virus HIV di treknya dengan cara mencegah salah satu enzim protease melakukan pekerjaannya.
Tanpa kerja protease, protein HIV tak akan terpotong dan tidak aktif. Alhasil, unit HIV yang disebut virion tak dapat mengumpulkannya untuk membuat virion baru. Tubuh manusia memiliki mekanisme alami membunuh virion HIV untuk mencegah virus mereplikasi diri pada tingkat yang tak dapat ditangani tubuh.
Selama beberapa tahun terakhir, beberapa kelompok penelitian (termasuk kelompok Sinnis) telah menyadari efek samping positif yang mengejutkan dari HIV PI spesifik. “Kami menemukan, obat ini memiliki sifat anti-malaria,” kata Sinnis.
Para peneliti yakin, HIV PI menghentikan munculnya protease dalam parasit malaria seperti yang mereka lakukan pada protease HIV. Kelompok Sinnis menemukan, obat anti-HIV ini mencegah parasit bereplikasi pada tikus.
Belum ada percobaan pada manusia namun hasil awal pada tikus membuat peneliti HIV menganjurkan penggunaan eksklusif PI untuk pengobatan HIV di Afrika. “Di Afrika, HIV dan malaria banyak yang tumpang tindih, obat-obatan HIV yang digunakan harus PI,” kata Sinnis.
Setelah itu, obat ini akan memberi manfaat tambahan pada infeksi malaria yang ada, yakni dengan menghambatnya. Saat ini, PI hanya berguna untuk memerangi malaria pada orang yang memiliki HIV. PI lebih beracun dibanding banyak obat yang digunakan untuk memerangi malaria itu sendiri.
Namun, jika PI dapat disesuaikan menjadi kurang beracun, obat ini bisa menjadi obat tunggal malaria. Ketika hal itu terjadi, obat ini akan menjadi senjata. Pasalnya, malaria sendiri dengan cepat mengembangkan kekebalan pada obat anti-malaria yang ada, jadi obat baru selalu sangat dibutuhkan.
Meski begitu, untuk mengembangkan obat anti-malaria yang bisa berdiri sendiri didasarkan pada obat anti-HIV, protease spesifik dalam malaria yang menjadi target HIV PI pertama harus ditemukan. “Jika kita bisa menemukan target protease, kita bisa merancang obat yang lebih baik dan tentunya tanpa racun,” kata Sinnis.
Sejauh ini, ilmuwan telah mempersempit kelas protease yang mungkin mengandung protease target namun mereka belum menemukan satu protease spesifik. Namun, sebuah makalah di Journal of the Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB), Colin Berry dan rekan di Cardiff University di Wales menemukan protease yang dihambat HIV PI dalam parasit Leishmania, kerabat malaria.
Meski protease yang disebut Ddi 1 ini belum diidentifikasi dalam malaria, kelompok Berry dan yakin protease inilah yang dicari-cari. “Hasil penelitian kami menunjukkan, protein Ddi1 merupaka target HIV (PI), dan menunjukkan Ddi1 Leishmania sebagai target potensial terapi antiparasit,” Berry.
“Melalui identifikasi protein ini, kami berharap bisa mengeksploitasi kelemahan parasit ini untuk mengembangkan terapi baru yang efektif memerangi penyakit-penyakit yang berbahaya,” lanjutnya.
Menurut Sinnis, makalah Berry memberi harapan dan ide-ide dalam menemukan target parasit malaria. Ketika ditemukan, obat anti-HIV sekaligus anti-malaria dapat dikerjakan. [mdr]

Ditemukan, Antibodi Mampu Lawan Virus HIV

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2011/05/11/4042/9/Ditemukan-Antibodi-Mampu-Lawan-Virus-HIV
Rabu, 11 Mei 2011 16:00 WIB

Penulis : Prita Daneswarim
PENELITIAN terbaru yang digelar Universitas Melbourne berhasil mengungkap imunitas terhadap HIV. Mereka kemudian mengembangkan vaksin untuk membangun antibodi melawan virus tersebut. 
Ditemukan Antibodi Mampu Lawan Virus HIV

Dengan menganalisis peran antibodi manusia bernama ADCC pada pasien HIV, peneliti mampu mengidentifikasi keterlibatan virus dengan antibodi.

Profesor Stephen Kent dan salah seorang koleganya menyebutkan, "Antibodi ADCC memiliki implikasi kuat dalam perlindungan terhadap HIV dalam beberapa uji coba vaksin, tapi peran mereka memang belum dipahami secara pasti."

"Hasil penelitian ini menunjukkan virus HIV sangatlah mudah berpindah tempat, tapi terbukti pula antibodi ADCC mampu mencegah virus tersebut berkembang lebih cepat dan membuatnya lebih lemah," kata Kent.

Tampak pula, antibodi ADCC yang bagus bisa benar-benar digunakan untuk melawan infeksi melalui vaksin dan menghentikannya. Hasil penelitian ini telah diterbitkan pada jurnal PNAS edisi Mei 2011.(Pri) (Pri/OL-06)